Sistem
Informasi Kesehatan
Menurut Kusumadewi, dkk
(2009) yang mengutip pendapat Van de Velde (2003) dan Degoulet, Sistem
Informasi Kesehatan dapat dibedakan dalam berbagai perspektif yaitu perspektif
fungsional dan perspektif arsitektur teknologi. Dimana dua perspektif ini
bersifat generic dan tidak hanya berlaku untuk Sistem Informasi Kesehatan saja,
tetapi juga untuk sistem informasi lainnya.
Menurut
Kusumadewi, dkk (2009), secara fungsional Sistem Informasi Kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam Sistem Informasi, yaitu :
1.
Sistem
Informasi Rumah Sakit, sistem ini merupakan sistem yang mampu melakukan
integritas dan komunikasi aliran informasi baik di dalam maupun di luar rumah
sakit. Sistem informasi ini meliputi : sistem rekam medis elektronik, sistem
informasi laboratorium, dan lain sebagainya yang terdapat pada fungsi dukung
operasional dan medis di ruang lingkup rumah sakit.
Berikut akan disajikan gambar tipikal alur layanan
media di rumah sakit.
Di Amerika, pada tahun 1980an, Sistem Informasi
Rumah Sakit berkembang pada tahap yang lebih lanjut dengan fokus pada
produktivitasnya. Sistem informasi pendukung keuangan yang sebelumnya
didasarkan pada fee-per-service digantikan dengan biaya-biaya penggunaan sumber
daya, seperti obat-obatan. Pada sisi medis, sistem informasi yang sebelumnya
cenderung mengotomatisasi proses yang sudah ada, menjadi sistem informasi yang
mendukung dokter, perawat, dan lembaga penyedia jasa kesehatan lainnya dalam
memberikan layanan kepada pasien. Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit yang
dikembangkan adalah untuk meningkatkan layanan kepada pasien dan kualitas
pengambilan keputusan.
2. Sistem
Informasi Kesehatan Publik
Sistem Informasi Kesehatan Publik
muncul karena tuntutan akan integrasi informasi yang tersebar. Sistem Informasi
Kesehatan Publik juga disebut sebagai community health information systems (Tan
et al., 2005)3, atau public health informatics (Yasnoff et al., 2001).4 Sistem
informasi kesehatan publik menurut Yasnoff, Overhage, Humphreys, dan La Venture,
didefenisikan sebagai the systematic application of information and computer
sciences to public health practice, research, and learning”. Perkembangan
bidang ini dan diseminasi pengetahuan dan keahlian informatika kepada
profesional kesehatan publik adalah kunci pembuka potensi sistem informasi
untuk meningkatkan kualitas kesehatan publik.
Jika Sistem Informasi
Rumah Sakit terbatas pada fungsi dukung operasional dan medis dilingkup rumah
sakit, Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan yang lebih luas.
Kantor-kantor pemerintah yang mengurusi kesehatan dan lembaga layanan kesehatan
non rumah sakit.
3. Sistem
Informasi Klini
Pada
sistem ini tidak hanya membantu dokter dalam menangani masalah administratif
pasien, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas layanan kepada
pasien. Sistem Informasi Kesehatan Klinis dapat didukung dengan sistem
pendukung keputusan, yang diantaranya membantu dalam diagnosa penyakit dan
menentukan tindakan medis.
Sementara
Menurut Kusumadewi, dkk (2009), dalam perspektif arsitektur teknologi pada era
teknologi informasi yang semakin lebih dekat ke arah mobilitas pengguna, ada
tiga pengembangan terpenting dalam Sistem Informasi Kesehatan yaitu:
1.
Sistem
Informasi Berbasis Komponen Objek, teknologi bebasis pada komponen objek
mengubah paradigma teknologi berbasis pada perpindahan data (data-driven
technology) menjadi arsitektur berbasis pada pengetahuan (knowledge-driven
technology) yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.
2.
Sistem
Terdistribusi, dalam era keterbukaan dan era keterhubungan, maka diperlukan
mekanisme yang dapat menghubungkan antar satu sistem dengan sistem yang lain.
Proses keterhubungan ini menjadi kompleks ketika
tiap sistem dibangun dengan platform dan sistem yang berbeda. Sebagai contoh,
sebuah rumah sakit dapat melayani proses pemesanan (booking) kamar
pasien secara online dan melayani pembayaran tagihan rumah sakit melalui
Internet Banking. Maka setiap sistem yang terkait, yakni Sistem
Informasi Rumah Sakit, Sistem Perbankan yang melayani pembayaran, dan User
Interface pembayaran, harus terhubung dengan mekanisme yang memungkinkan
mereka bertukar data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses tersebut.
Mekanisme distribusi yang dimungkinkan adalah
dengan menggunakan Web, CORBA, DCOM, dan Web Services. Dengan
menggunakan Sistem Informasi Terdistribusi, data akan dikirimkan ke antar
sistem yang berbeda, dan dikirimkan melalui jaringan komputer. Dalam lingkungan
terdistribusi, aplikasi yang berjalan merupakan kumpulan interaksi dari berbagai
macam komponen, yaitu objek data, objek aplikasi, dan user interface.
3.
Service Oriented Architecture
Dalam konsep Sistem Informasi Service
Oriented Architecture, semua komponen software (atau unit-unit fungsional yang
terbuka bagi entitas lain untuk menjalankannya atau mengkonsumsinya melalui
jaringan) dimodelkan sebagai sebuah services. Contohnya adalah pada proses
pemesanan (booking) kamar pasien sebagaimana telah dijelaskan pada poin
sebelumnya di atas, menunjukkan bahwa pada setiap sistem yang terhubung
terdapat komponen software (atau unit fungsi) yang bersifat terbuka, yang dapat
dieksekusi (dikonsumsi) oleh sistem yang lain.


Service
Oriented Architecture memfokuskan pada service antarmuka, dimana konsep yang
sebenarnya mirip dengan arsitektur software tradisional yang berbasis komponen,
akan tetapi terdapat perbedaan mendasar, yakni fokusnya yang bergeser kepada
pembangunan service yang diapnggil melalui jaringan. Desainer Sistem Informasi
Service Oriented Architecture tidak membangun sebuah program yang terdiri dari
komponen software, akan tetapi mereka akan membangun service yang memiliki
interface dan memungkinkan untuk dipergunakan dalam konteks bisnis yang
bermacam-macam.
Kunci
utama dari sebuah Sistem Informasi Service Oriented Architecture adalah
deskripsi service. Service ini akan dipublikasikan oleh service provider ke
service registry. Service description akan memberikan sebuah hasil dari operasi
pencarian yang dilakukan oleh service requestor. Adapun informasi yang
diberikan akan dipergunakan untuk memanggil web service yang diberikan oleh
penyedia service. Dengan konsep Sistem Informasi ini, Sistem Informasi
Kesehatan dapat dikembangkan tanpa perlu mempertimbangkan kesamaan teknologi
yang membangun antar entitas (sistem). Yang perlu mendaptkan perhatian adalah
bagaimana service dapat dipergunakan untuk menjembatani tiap proses yang
berkepentingan dalam interaksi antar entitas. Tidak setiap proses atau fungsi
bersifat terbuka antara entitas satu dengan entitas yang lain. Akan tetapi keterbukaan
yang diwujudkan dalam bentuk service hanya akan terjadi pada unit atau fungsi
yang membutuhkan proses komunikasi
4.
Arsitektur Berbasis Web
Services
Seiring dengan meningkatnya penggunaan internet, komponen-komponen yang
dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi dapat tersedia secara terpisah-pisah.
Keberadaan jaringan (atau dalam hal ini adalah internet), memungkinkan setiap
komponen tersedia dengan mudah selama mereka terhubung ke dalam jaringan. Salah
satu mekanisme yang kini banyak dipergunakan untuk menjalankan fungsi dan
aplikasi terdistribusi adalah Web Services. Web Services
merupakan konsep bagian dari business logic yang dapat diakses oleh
jaringan, terletak di sembarang tempat di internet, dan dapat diakses melalui
teknologi standar dan internet (HTTP dan XML). Web Services berfungsi
sebagai alat perantara untuk mengirimkan dan menerima pesan. Pesan yang
dikirimkan dapat berupa permintaan untuk mengeksekusi sebuah prosedur atau
fungsi yang terletak di tempat lain (remote) atau data yang dikirimkan dalam
format XML.
Web Services berbeda dengan layanan web yang
harus dikirimkan dan diterima dengan aplikasi browser. Web Services
dapat dipergunakan dalam berbagai macam aplikasi, baik berbasis pada web
(menggunakan browser) ataupun berbasis pada aplikasi desktop, ataupun berbasis
pada platform yang lain selama semua aplikasi tersebut terhubung ke
dalam jaringan, baik Inter maupun Intranet. Layanan Web Services
tersedia dengan API (Application Programming Interface) sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya.
5.
Mobile Communications
Dewasa ini, teknologi mobile seperti handphone, PDA (Personal
Digital Assistant), dan berbagai macam teknologi wireless lainnya
memungkinkan proses komputasi dan pemanfaatan Sistem Informasi Kesehatan
diperguanakan oleh pengguna yang secara fisik tidak terhubung secara langsung
dengan sistem. Sistem ini memungkinkan akses terhadap Sistem Informasi
Kesehatan secara remote maupun secara lokal, baik dari sisi
administrator, maupun pengguna umum (regular user). Sistem Informasi
Kesehatan dapat diintegrasikan dengan teknologi mobile yang populer,
seperti SMS, MMS, ataupun dapat berupa aplikasi yang diinstal di perangkat
seperti handphone, ataupun PDA dengan teknologi seperti Java Mobile, Symbian
atau Pocket PC Application. Aplikasi mobile tersebut dapat
diintegrasikan dengan konsep sistem terdistribusi sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Referensi
Yakub, 2012; Ladjamudin, 2005
Sabarguna, B.S. (2007) Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:Konsorsium Rumah sakit Islam Jateng-DIY
McLeod. Raymond. (1995). Sistem
Informasi Manajemen. New Jersey: Prntice-Hall, Inc.
Lippeveld, T., Sauerborn, R.,
& Bodart, C. (2000) Design and Implementation of Health Information
System. WHO, Geneva, Switzerland.
Siregar, Kemal N. 1992, Sistem dan
Pendekatan Sistem. Jurusan Kependudukan dan Biostatistika FKM UI, Depok.
No comments:
Post a Comment